Selasa, 18 Oktober 2011

iuw umbrella chain measurement


LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR WILAYAH
UMBRELLA CHAIN MEASUREMENT





OLEH :

Sartika
05081006006

Kelompok V





JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2010

PENDAHULUAN


1.    Latar Belakang
Bentuk permukaan bumi sangat tidak teratur. Ketidakteraturan ini memerlukan determinasi untuk merepresentasikan ukuran dan bentuknya. Penggambaran bentuk dan ukuran permukaan bumi merupakan bagian ilmu ukur wilayah. Ilmu Ukur Wilayah merupakan turunan dari Ilmu Geodesi.
Pemetaan dan pengukuran suatu wilayah hutan ditentukan oleh beberapa hal diantaranya jenis alat ukur yang digunakan. Secara garis besar, alat ukur pemetaan hutan dibagi menjadi alat ukur optik dan non optik. Jenis dan bentuk alat ukur yang digunakanpun harus disesuaikan dengan maksud dan tujuan pengukuran. Beberapa alat ukur yang banyak digunakan diantaranya ialah alat ukur yang digunakan untuk menentukan beda tinggi antara dua titik (alat penyipat datar atau alat ukur waterpass), alat ukur yang digunakan untuk mengukur sudut-sudut (theodolit) dan ada alat ukur yang digunakan untuk pengukuran guna pembuatan peta (boussole tranche montagne, plancet). Meskipun kontruksi alat-alat ini berlainan, tetapi alat-alat ukur tanah ini mempunyai beberapa bagian yang sama, jadi ada bagian-bagian yang selalu didapat pada bermacam-macam alat ukur ini. Dengan kondisi ini maka diperlukan pengenalan alat ukur dalam bidang kehutanan yang dibagi menjadi alat ukur non optik dan alat ukur optik.
Pembuatan peta situasi tidak dapat langsung jadi karena harus diawali dengan pengambilan data melalui pengukuran-pengukuran baik pengukuran horizontal maupun vertikal, sehingga setiap detail pada peta dapat diketahui posisinya terhadap bidang datar.
Pengukuran jarak merupakan basis dalam pemetaan. Walaupun sudut-sudut dapat dibaca seksama dengan peralatan yang rumit, paling sedikit ada sebuah garis yang harus diukur panjangnya untuk melengkapi sudut-sudut dalam penentuan lokasi titik-titik.
Sudut vertikal adalah selisih arah antara dua garis berpotongan di bidang vertikal. Seperti yang biasa dipakai dalam pengukuran tanah, sudut itu adalah sudut yang berada diatas atau dibawah bidang horizontal yang melalui titik pengamatan. Sudut diatas bidang horizontal disebut sudut plus atau sudut elavasi, sudut dibawah sudut horizontal disebut  sudut minus atau sudut junam (depresi). Sudut vertikal diukur dalam sipat datar trigonometri dan dalam EDM serta pekerjaan takimetri sebagai sebuah bagian penting dari prosedur lapangan.
Pengukuran detail adalah untuk memberikan data topografi di atas peta sehingga diperoleh bayangan atau informasi dari relief bumi. Kelengkungan dan ketelitian data topografi tersebut sangat tergantung dari kerapatan titik detail yang akan diukur. Untuk mengukur titik detail yang lengkap dan efisien, maka harus dipahami maksud dan kegunaan peta yang akan dibuat. Sebelum suatu daerah dilakukan pengukuran detail harus sudah ada titik ikat. Biasanya hal-hal yang perlu diukur secara detail adalah segala benda atau bangunan yang terdapat di areal yang dipetakan akan menambah kelengkapan data peta. Misalnya perbedaan tinggi muka tanah yang cukup ekstrim sehingga nantinya dapat membantu dalam pembuatan kontur.
Garis kontur  merupakan ciri khas yang membedakan peta topografi dengan peta lainnya dan digunakan untuk penggambaran relief atau tinggi rendahnya permukaan bumi yang dipetakan. Dari pengertian di atas dapat dipahami betapa pentingnya garis kontur antara lain untuk pembuatan trace jalan/rel dan menghitung volume galian dan timbunan.
Sesuai dengan keadaan luas daerah yang akan dipetakan, maka kerangka peta yang digunakan dalam praktikum adalah berupa poligon. Poligon dibagi menjadi poligon terbuka dan tertutup. Dalam proses pembuatan kerangka horisontal poligon terbuka/tertutup diikatkan pada titik pasti yang telah diketahui koordinatnya.
Dalam pembuatan peta topografi digunakan pengukuran memanjang untuk ketinggian titik detail dan dari hasil pengukuran didapat beda tinggi suatu titik ikat (poligon) terhadap titik ikat lainnya. Beda tinggi yang didapat nantinya akan digunakan sebagai data dalam pembuatan dan penggambaran peta topografi.
Untuk membuat peta situasi cukup menggunakan titik pasti yang telah diketahui dari jaring triangulasi. Jika titik pasti terlalu jauh, maka dapat diperbanyak dengan poligon mengikat ke muka atau ke belakang.

2.      Tujuan
Untuk mengetahui metode pengukuran sudut pada suatu wilayah dengan menggunakan satu titik ukur.

TINJAUAN PUSTAKA


1.    Theodolite

Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).
Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputarputar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan Tingkat ketelitian sangat tinggi.
Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila situs yang akan dipetakan luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila situs tersebut memiliki relief atau perbedaan ketinggian yang besar. Dengan menggunakan alat ini, keseluruhan kenampakan atau gejala akan dapat dipetakan dengan cepat dan efisien.
Instrumen pertama lebih seperti alat survey theodolit benar adalah kemungkinan yang dibangun oleh Joshua Habermel (de: Erasmus Habermehl) di Jerman pada 1576, lengkap dengan kompas dan tripod. Awal altazimuth instrumen yang terdiri dari dasar lulus dengan penuh lingkaran di sayap vertikal dan sudut pengukuran perangkat yang paling sering setengah lingkaran. Alidade pada sebuah dasar yang digunakan untuk melihat obyek untuk pengukuran sudut horisontal, dan yang kedua alidade telah terpasang pada vertikal setengah lingkaran. Nanti satu instrumen telah alidade pada vertikal setengah lingkaran dan setengah lingkaran keseluruhan telah terpasang sehingga dapat digunakan untuk menunjukkan sudut horisontal secara langsung. Pada akhirnya, sederhana, buka-mata alidade diganti dengan pengamatan teleskop. Ini pertama kali dilakukan oleh Jonathan Sisson pada 1725.
Alat survey theodolite yang menjadi modern, akurat dalam instrumen 1787 dengan
diperkenalkannya Jesse Ramsden alat survey theodolite besar yang terkenal, yang dia buat
menggunakan mesin pemisah sangat akurat dari desain sendiri. Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah, theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari.
Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut verticalnya dibuat 90ยบ. Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk menguker ketinggian suatu bangunan bertingkat.
   

Keterangan gambar theodolit :
1.      Plat dinding pelindung lingkaran vertikal di dalamnya
2.      Ring pengatur lensa tengah
3.      Pengatur fokus benang silang
4.      Alat baca lingkaran vertikal/horisontal
5.      Lensa obyektif
6.      Klem vertikal teropong
7.      Penggerak halus teropong
8.      Klem alhidade horisontal
9.      Penggerak halus horisontal
10.  Nivo kotak alhidade horisontal
11.  Plat dasar instrumen
12.  Nivo tabung alhidade horisontal

Pengelompokan Theodolit Berdasarkan Konstruksinya
a.      Theodolit repetisi :
Lingkaran skala mendatar dapat diatur mengelilingi sumbu tegak. Bila skrup pengunci lingkaran skala mendatar dibuka, maka tidak dapat dilakukan pengukuran sudut. Besarnya sudut yang dibentuk oleh garis bidik yang diarahkan ke dua buah target hanya dapat diukur kalau skrup pengunci lingkaran skala mendatarnya terkunci. Sebeb bila sekrup pengunci skala lingkaran mendatar tidak dikunci, maka pada saat diputar, piringan skala mendatar ikut berputar bersama-sama dengan indek pembaca lingkaran mendatar.
Keuntungannya adalah dimungkinkannya mengubah bacaan pada suatu arah garis bidik tertentu. Misal pada suatu arah garis bidik di A bacaan skala mendatarnya dibuat 0o, kemudian garis bidik diarahkan ke B, maka bacaan skala mendatar di B juga merupakan sudut APB
b.      Theodolit reiterasi
Lingkaran skala mendatar theodolit menyatu dengan tribrach, sehingga lingkaran mendatar tidak dapat diputar. Akibatnya bacaan lingkaran mendatarnya untuk suatu target merupakan suatu bacaan arah. Jadi sudut yang dibentuk oleh garis bidik yang diarahkan kedua target adalah bacaan arah kedua dikurangi bacaan arah pertama.
c.       Theodolite Modern
Theodolites di hari ini, membaca dari kalangan vertikal dan horisontal biasanya
dilakukan secara elektronik. Readout yang dilakukan oleh rotary encoder, yang dapat
absolut, misalnya Gray menggunakan kode, atau meningkat, dengan terang dan gelap sama
jauh radial band.
Pada dasarnya alat theodolit konvensional sama dengan theodolit digital, hanya pada alat ini pembacaan sudut azimuth dan sudut zenith dilakukan secara manual. Theodolit 0 (T0) dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian atas, bagian tengah, dan bagian bawah. Bagian bawah terdiri atas sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung, di atasnya terdapat alat pembaca nonius. Di tepi lingkaran terdapat alat pembaca nonius. Bagian atas terdiri dari bagian mendatar. Di atasnya terdapat teropong dilengkapi dengan sekrup-sekrup pengatur fokus dan garis-garis bidik diagfragma.
2.      Garis Kontur

Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama terhadap bidang refrensi yang digunakan. Kecuraman dari suatu lereng (stepness) dapat ditentukan dengan adanya interval kontur dan jarak antara dua kontur, sedangkan jarak horizontal antara dua garis kontur dapat ditentukan dengan cara interpolasi. Garis kontur tidak boleh saling berpotongan satu sama lain. Selain itu garis kontur harus merupakan garis yang tertutup baik di dalam maupun di luar peta.
Garis kontur adalah garis khayal dilapangan yang menghubungkan titik dengan ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis kontinyu diatas peta yang memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian yang sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis tinggi horizontal. Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap tinggi tertentu. Garis kontur disajikan di atas peta untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah.
Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi slope (kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang permukaan tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian serta timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertikal garis atau bangunan. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka untuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.
Pada gambar berikut ditunjukan jenis-jenis garis kontur:








(a)









(b)






(c)

Gambar Jenis-jenis garis kontur :
(a) Kontur sebuah bukit,
(b) Kontur sebuah sungai
(c) Kontur pada daerah datar

Sifat-sifat garis kontur adalah sebagai berikut:
1.      Garis kontur selalu merupakan garis tertutup (loop), kecuali pada batas peta.
2.      Dua buah garis kontur dengan ketinggian yang berbeda tidak mungkin saling berpotongan.
3.      Garis kontur tidak mungkin bercabang (dalam hubungannya dengan keaslian alam, kecuali buatan manusia).
4.      Garis kontur dengan ketinggian berbeda tidak mungkin menjadi satu, kecuali pada bagian tanah yang vertikal akan digambarkan sebagai garis yang berimpit.
5.      Semakin miring keadaan tanah, kontur akan digambarkan semakin rapat.
6.      Semakin landai kondisi tanah, kontur yang digambarkan semakin jarang.
7.      Garis kontur yang melalui tanjung/lidah bukit akan cembung kearah turunnya tanah.
8.      Garis kontur yang melalui lembah atau teluk akan cembung kearah titik atau hulu lembah.
9.      Garis kontur yang memotong sungai akan cembung kearah hulu sungai.
10.  Garis kontur yang memotong jalan akan cembung kearah turunnya jalan.

Garis kontur  merupakan ciri khas yang membedakan peta topografi dengan peta lainnya dan digunakan untuk penggambaran relief atau tinggi rendahnya permukaan bumi yang dipetakan. Dari pengertian di atas dapat dipahami betapa pentingnya garis kontur antara lain untuk pembuatan trace jalan/rel dan menghitung volume galian dan timbunan.

3.      Pengukuran Sudut

Arah orientasi merupakan salah satu unsur utama dalam proses pengukuran untuk membuat peta, khususnya peta umum. Pada umumnya setiap peta memiliki arah utama yang ditunjukkan ke arah atas (utara). Terdapat 3 (tiga) arah utara yang sering digunakan dalam suatu peta.
a. Utara magnetis, yaitu utara yang menunjukkan kutub magnetis
b. Utara sebenarnya (utara geografis), atau utara arah meridian
c. Utara grid, yaitu utara yang berupa garis tegak lurus pada garis horizontal di peta.

Ketiga macam arah utara itu dapat berbeda pada setiap tempat. Perbedaan ketiga arah utara ini perlu diketahui sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pembacaan arah pada peta. Arah utara magnetis merupakan arah utara yang paling mudah ditetapkan, yaitu dengan pertolongan kompas magnetik. Perbedaan sudut antara utara magnetis dengan arah dari suatu obyek ke tempat obyek lain searah jarum jam disebut sudut arah atau sering disebut azimuth magnetis. Pada peta yang dibuat dengan menggunakan kompas, maka perlu diberikan penjelasan bahwa utara yang digunakan adalah utara magnetis.
Posisi titik-titik dan orientasi garis tergantung pada pengukuran sudut dan arah. Dalam pekerjaan pengukuran tanah, arah ditentukan oleh sudut arah dan azimut. Sudut yang diukur dalam pengukuran tanah digolongkan menjadi sudut horizontal dan sudut vertikal. Sudut horizontal adalah pengukuran dasar yang diperlukan untuk penentuan sudut arah dan azimut, sementara sudut vertikal untuk penentuan sudut zenith.
Sudut-sudut dapat diukur secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung sudut diukur di lapangan dengan kompas, theodolit kompas, theodolit biasa ataupun sextan. Sedangkan secara tidak langsung dapat diukur dengan metode pita, yang harganya dihitung dari hubungan kuantitas yang diketahui dalam sebuah segitiga atau bentuk geometrik sederhana lainnya.
Sudut vertikal adalah selisih arah antara dua garis berpotongan di bidang vertikal. Seperti yang biasa dipakai dalam pengukuran tanah, sudut itu adalah sudut yang berada diatas atau dibawah bidang horizontal yang melalui titik pengamatan. Sudut diatas bidang horizontal disebut sudut plus atau sudut elavasi, sudut dibawah sudut horizontal disebut sudut minus atau sudut junam (depresi). Sudut vertikal diukur dalam sipat datar trigonometri dan dalam EDM serta pekerjaan takimetri sebagai sebuah bagian penting dari prosedur lapangan.
Untuk mengukur sudut vertikal dengan transit, instrumen dipasang pada titiknya dan di datarkan dengan cermat. Gelembung dalam tabung nivo teropong harus tetap seimbang. Bila teropong dikunci pada kedudukan horisontal dan untuk mengukur sudut vertikal dengan transit instrumen dipasang pada titiknya dan didatarkan dengan cermat. Gelembung dalam tabung nivo teropong harus diputar 360o mengelilingi sumbu pertama. Jika nonius pada sudut vertikal tidak terbaca dan nivo seimbang, maka ada galat indeks yang harus ditambahkan atau dikurangkan pada semua pembacaan. Kekacauan tanda dihilangkan dengan menempatkan dalam catatan lapangan. Sebuah pernyataan, misalnya "Galat indeks adalah minus 2 menit, dikurangkan dari sudut-sudut junam dan ditambahkan pada sudut elavasi".
Sudut-sudut poligon harus diratakan sesuai dengan penjumlahan geometrik yang benar sebelum sudut arah dihitung. Dalam poligon tertutup, jumlah sudut dalam sama dengan (n-2)180, dimana n adalah banyaknya sisi (arah). Jika sudut-sudut poligon tidak menutup karena misalnya ada perbedaan 2 detik dan tidak diratakan sebelum menghitung sudut arah maka sudut arah asli dan pengecekan yang dihitung untuk sudut arah AB juga akan berselisih 2 detik, dengan anggapan tidak ada kesalahan hitung yang lainnya.
Dalam pengukuran poligon, sudut yang digunakan ialah sudut yang mempunyai putaran searah jarum jam, jika anda membuat sudut 90 ยบ berlawanan arah jarum jam maka sudut yang dihasilkan adalah 270 ยบ (sesuai dengan arah jarum jam). Cara pengukuran sudut dilakukan seperti gambar di bawah ini :

Pertama bidik target 1, Set 0 ยบ pada bacaan horisontalnya Setelah itu bidik target 2
Catat bacaan Horisontalnya
Sudut yang dibentuk dari gambar di atas adalah hasil pengurangan dari bacaan target 2 dikurangi bacaan target 1, jika pada bacaan target 2 sebesar 270 ยบ00’30” maka sudut yang di hasilkan adalah 270 ยบ00’30” - 00 ยบ00’00” = 270 ยบ00’30” (dikarenakan bacaan target 1 diset nol derajat) Ulangi sampai 2 atau 3 kali dengan set bacaan horizontal yang berbeda di target 1, (contoh : 30 ยบ, 90 ยบ). Pengulangan ini bertujuan untuk memperkecil kesalahan dan mengindari human error atau salah pencatatan.
Selain itu gunakan bacaan luar biasa dan biasa, ( satu sesi atau satu seri), langkahnya :
 Sudut biasa:
• Bidik target 1,
Set Nol pada bacaan horisontalnya, jangan lupa dicatat,
• Bidik target 2 dan catat bacaannya,
Sudut Luar Biasa :
• Putar 180 derajat baik vertikal ataupun secara harisontal,
• Kembali bidik target 2, tanpa mengubah hasil bacaan horisontalnya,
• Catat hasil bacaan di target 2, Hasil bacaan di target 2 seharusnya memiliki selisih kurang lebih 180 derajat dengan bacaan target 2 saat pengukuran sudut biasa
Setelah itu kembali bidik ke target 1, catat hasil bacaannya.
Hal ini dinamakan 1 Sesi, mempunyai 2 besaran sudut (Biasa dan Luar biasa), hal ini untuk menghindari efek kesalahan pada alat, untuk pengecekannya dapat di lihat selisih antara bacaan awal dan akhir pada target 1 ataupun 2, seharusnya selisih tidak terlalu jauh di angka 180 derajat. Ulangi hal ini dalam pengukuran poligon setidaknya 2 atau 3 sesi.

4. Poligon

Poligon berasal dari kata polygon yang berarti poly : banyak dan gon(gone) : titik. Yang kita maksud disini adalah poligon yang digunakan sebagai kerangka dasar pemetaan yang memiliki titik titik dimana titik tersebut mempunyai sebuah koordinat X dan Y, silahkan klik disini untuk memahami sistem koordinat dan proyeksi peta yang tidak terlepas akan pengukuran dan penghitungan poligon.
Polygon ialah serangkaian garis lurus yang menghubungkan titik-titik yang terletak di permukaaan bumi. Prinsip kerja pengukuran polygon yaitu mencari sudut jurusan dan jarak dari gabungan beberapa garis yang bersama-sama membentuk kerangka dasar untuk keperluan pemetaan suatu daerah tertentu.
Poligon memiliki beberapa jenis di pandang dari bentuk dan titik refrensi (acuan) yang digunakan sebagai sistem koordinat dan kontrol kualitas dari pengukuran poligon. Titik refrensi adalah titik yang mempunyai sebuah koordinat yang dalam penghitungannya mengacu pada sebuah datum dan proyeksi peta, di Indonesia datum yang di gunakan adalah WGS 84 sedangkan proyeksi peta menggunakan TM-3, sedangkan koordinat lokal adalah koordinat yang tidak mengacu pada dua hal tersebut (koordinat sementara), kalaupun hal itu di terapkan dalam pengukuran poligon untuk area yang cukup luas tentu saja kelengkungan bumi diabaikan begitu saja. Untuk titik refrensi dalam pengukuran poligon ialah TDT (Titik Dasar Teknik) atau BM (Base Mark) Orde 3,2 ataupun Orde 1 yang telah memiliki kooordinat TM-3 dan diukur menggunakan GPS Geodetik.
Macam-macam polygon :
1.    Polygon terbuka
Yaitu polygon yang titik awal dan titik akhirnya bukan merupakan satu titik yang sama.
Macamnya :
a. Polygon terbuka bebas ( tidak terikat )


ein Bild
b. polygon terbuka terikat
1. Polygon terbuka terikat azimuth sebagian

ein Bild
2. Poligon Tertutup
a.  Polygon tertutup terikat sebagian
1. Polygon tertutup terikat azimuth sebagian
ein Bild
 2.  Polygon tertutup terikat koordinat sebagian
ein Bild
 b. Polygon tertutup terikat sempurna
1.  Polygon tertutup terikat azimuth
 U
ein Bild
2.  Polygon tertutup terikat koordinat

ein Bild
Untuk pemetaan daerah kecil, penyelenggaraan titik-titik kerangka dasar umumnya digunakan metode polygon. Karena metode polgon lebih bias menyesuaikan dengan keadaan lapangan dan ketelitiannya dapat memadai untuk pemetaan topografi. Poligon adalah serangkaian garis yang menghubungkan titik-titik yang terletak di permukaan bumi. Maksud dan tujuan pengukuran poligon adalah untuk :
·      Menentukan koordinat titik-titik yang belum diketahui koordinatnya dari titik yang telah diketahui koordinatnya.
·      Merapatkan jaringan kerangka pengukuran yang telah ada.
·      Sebagai kerangka pengukuran dan pemetaan.
Sedangkan untuk menentukan koordinat suatu titik dari titik lain dengan cara poligon maka harus diketahui atau diukur data sebagai berikut:
ร˜  Koordinat awal/akhir (diketahui dari data koordinat yang sudah ada hasil dari pengukuran sebelumnya misal titik triangulasi, titik GPS atau titik poligon sebelumnya atau ditentukan sendiri (sebarang))
ร˜  Azimuth awal/akhir (dihitung dari koordinat yang sudah ada, pengamatan astronomi, pengukuran dengan Giro Theodolit, pengukuran dengan teodolit kompas)
ร˜  Jarak dan sudut (diukur di lapangan)
PELAKSANAAN PRAKTIKUM


1.      Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan pada lingkungan sekitar jurusan Teknologi Pertanian dan Lahan Pertanian di Universitas Sriwijaya pada bulan September sampai November 2010.

2.      Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
-          Theodolite                               - Patok
-          Tripod                                     - Meteran
-          Mistar baca                              - Jalon
-          Parang                                     - Tali
-          Waterpass                                - Kompas
-          Alat tulis                                 - Kertas

3.      Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan adalah :
1.      Siapkan catatan , daftar pengukuran dan buat sket lokasi areal yang akan diukur.
2.      Tentukan dan tancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik
3.      Dirikan tripot di atas patok 1, pasang theodolite dan lakukan penyetelan alat sampai didapat kedataran.
4.      Arahkan theodolite ke arah utara dan nolkan piringan sudut horisontal dan kunci kembali dengan memutar skrup piringan bawah.
5.      Putar teropong dan arahkan teropong ke mistar baca, baca tinggi dan catat sudut horisontalnya. Bacaan ini merupakan bacaan biasa untuk bacaan muka.
6.      Dengan posisi tetap di atas potok 1, putar teropong ke titik baca selanjutnya (untuk pengukuran tinggi bangunan dan kontur).
7.      Lakukan pembacaan sudut horisontal. Bacaan ini merupakan bacaan luar biasa untuk bacaan muka.
8.      Pindahkan theodolite ke patok selanjutnya dan lakukan penyetelan alat.
9.      Dengan cara yang sama, lakukan pada titik-titik polygon berikutnya sampai patok akhir.
10.  Lakukan pengukuran jarak antar titik dengan meteran.
11.  Lakukan perhitungan sudut pengambilan dan koordinat masing-masing titik.
12.  Gambar hasil pengukuran dan perhitungan.

























HASIL DAN PEMBAHASAN


1.      Hasil
a.       Poligon

Posisi Alat
Tinggi Alat (m)
Titik Baca Alat (dm)
Jarak Pengukuran (m)
{d = ( BA – BB ) x 100}
Sudut Elevasi (°)
Waktu
BA
BT
BB
V
H
Titik 1
1.4
12.9
11.9
10.9
20

20

Titik 2
1.5
5.9
4.9
3.9
20

20

Titik 3
1.46
3.4
2.4
1.4
20
90
21

Titik 4
1.48
5.5
4.5
3.5
20
90
7

Titik 5
1.54
13.1
12.1
11.1
20
90
4

Titik 6
1.49
13.5
12.5
11.5
20
89
25

Titik 7
1.50
14.8
13.8
12.8
20
89
32

Titik 8
1.40
14.1
13.1
12.1
20
90
1
23:40
Titik 9
1.40
15.4
14.4
13.4
20
89
3
37:40
Titik 10
1.42
16.9
15.9
14.9
20
90
1
31:00
Titik 11
1.40
17.1
16.1
15.1
20
90
2
29:00
Titik 12
1.45
18.8
17.8
16.8
20
90
2
27:40
Titik 13
1.35
17.9
16.9
15.9
20
89
8
47:00
Titik 14
1.40
18.1
17.1
16.1
20
89
271
60:00
Titik 15
1.44
16.9
15.9
14.9
20
89
52
59:00
Titik 16
1.43
19.5
18.5
17.5
20
89
21
33:40
Titik 17
1.46
19.1
18.1
17.1
20
89
14
29:40
Titik 18
1.33
20.3
19.3
18.3
20
90
276
00:00
Titik 19
1.36
18.9
17.9
16.9
20
89
87
42:20
Titik 20
0.95
19.8
19
18.2
16
89
62
58:20
Titik 21
0.95
18.5
17.4
16.3
22
89
60
58:20
Titik 22
0.87
14.5
13.1
11.9
26
89
60
57:40
Titik 23
0.93
15.2
14.1
12.9
23
89
55
53:40
Titik 24
0.97
16.2
13.3
10.4
58
89
71
58:20
Titik 25
0.90
13.5
10.4
7.3
62
89
57
53:00
Titik 26
1.47
4.7
2.8
1.1
36
89
199
50:00
Titik 27
1.49
6.6
4.2
1.8
48
89
198
50:00
Titik 28
1.45
17.5
15.2
12.9
46
89
199
58:10
Titik 29
1.08
19.4
15.5
11.9
75
89
201
57:00
Titik 30
1.62
6.9
4.0
1.2
57
89
198
56:40
Titik 31
1.52
14.1
12.0
10.0
41
89
201
56:20
Titik 32
1.20
18.7
16.7
14.6
41
90
253
00:00
Titik 33
0.85
18.6
17.6
16.6
20
90
272
36:00
Titik 34
0.95
19.4
18.2
17.0
24
90
295
10:40
Titik 35
0.93
16.5
15.6
14.8
17
90
292
10:00
Titik 36
1.15
11.9
10.3
8.9
30
90
292
22:00
Titik 37
1.01
11.0
10.1
9.4
16
90
295
20:40
Titik 38
0.93
13.9
12.3
10.5
34
90
291
22:10
Titik 39
1.15
12.9
12
11.2
17
89
316
60:00
Titik 40
1.15
10.7
9.1
7.5
32
89
293
60:00
Titik 41
1.15
10.1
8.6
7.1
30
89
315
60:00
Titik 42
1.14
13.8
12.6
11.4
24
89
282
58:00

b.      Pengukuran sudut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar