Kamis, 13 Oktober 2011

proposal pl irigasi


TINJAUAN LAJU SEDIMENTASI DAN SISTEM PENGENDALIAN SEDIMENTASI PADA KANTONG LUMPUR BENDUNG PERJAYA
OPSDA II BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI SUMATERA VIII



Oleh
SARTIKA





PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA
2011
I.                   PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Air  hujan    sebagian   akan menguap  kembali menjadi air  di  udara, sebagian  masuk  ke dalam  tanah, sebagian lagi mengalir di permukaan.  Aliran air di permukaan ini kemudian akan berkumpul mengalir ke tempat yang lebih rendah dan membentuk sungai yang kemudian mengalir ke laut.
Masalah yang terjadi di sungai adalah  masalah sedimentasi  atau pengendapan  yang dapat mengakibatkan pendangkalan pada sungai.  Sedimen atau endapan pada umumnya diartikan sebagai hasil dari proses  pelapukan  terhadap suatu  tubuh  batuan,  yang  kemudian mengalami erosi, tertansportasi oleh air, angin, dan lain-lain , dan pada akhirnya terendapkan  atau  tersedimentasikan  (Safitri, 2010).
Claphman (1973) menyatakan bahwa air sungai mengangkut partikel lumpur dalam bentuk suspensi, ketika partikel mencapai muara dan bercampur dengan air laut, partikel lumpur akan membentuk partikel yang lebih besar dan mengendap di dasar perairan.
Adapun sedimentasi sebagai proses pembentukan sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material pembentuk  atau asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai laut dalam (Kenley, 1799).
Sedimentasi  (pengendapan) di dalam  saluran  dapat  terjadi apabila kapasitas angkut sedimennya berkurang. Dengan menurunnya kapasitas debit di bagian hilir dari  jaringan saluran, adalah penting untuk menjaga agar kapasitas angkutan sedimen per satuan debit (kapasitas angakutan sedimen relatif) tetap sama atau sedikit lebih besar.

Berdasarkan pada jenis dan ukuran partikel-partikel tanah serta komposisi  bahan, sedimen  dapat dibagi atas beberapa klasifikasi yaitu gravels (kerikil), medium  sand (pasir), silt (lumpur), clay (liat) dan dissolved material (bahan terlarut). Sedimen  merupakan tempat tinggal tumbuhan dan hewan yang ada di dasar. Sedimen  terdiri  dari  bahan  organik  yang  berasal  dari hewan atau tumbuhan  yang  membusuk  kemudian  tenggelam ke dasar dan bercampur dengan lumpur dan bahan anorganik yang umumnya berasal dari pelapukan batuan (Sverdrup, 1966).
Proses terjadinya sedimentasi adalah sebagai berikut. Debit sungai  yang  sedemikian  besar, dikala musim hujan, mengakibatkan  alur sungai yang ada tidak mampu menampung jumlah air sungai, air akan meluap keluar menggenangi  lingkungan  sekitar. Dalam  situasi  tersebut kecepatan aliran air luapan (banjir) akan  mengalami  penurunan  karena terhambat oleh berbagai pematang-pematang, arus dan gelombang laut. Maka akan terjadi  proses pelumpuran  atau  pengendapan  material  sedimen  di  kawasan  muara  sungai,  hal tersebut  menyebabkan  bertambah luasnya daratan di mulut-mulut muara.
Karena  tingkat  sedimentasi  sangat  mempengaruhi  laju  aliran air irigasi pada saluran sekunder.  Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk mempelajari dan membahas beberapa faktor  yang menyebabkan tingkat sedimentasi.


B. Tujuan
            Praktik  lapangan  ini  bertujuan untuk mempelajari tingkat sedimentasi dalam kaitan operasi jaringan pada Bendung Perjaya OPSDA II Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII.
 II.                TINJAUAN PUSTAKA


A.   Proses Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin (Avidianto, 2011).
Selain itu, sedimentasi berarti pengendapan atau hal mengendapkan benda padat karena pengaruh gaya berat. Kerusakan daerah aliran sungai menyebabkan meningkatnya angkutan sedimen yang terbawa aliran ke saluran irigasi. Jika kecepatan aliran ini rendah maka akan terjadi proses pengendapan di saluran irigasi tersebut. Akibatnya, terjadi perubahan pola aliran permukaan dan peningkatan laju erosi permukaan. Peningkatan laju erosi permukaan menyebabkan meningkatnya angkutan sedimen yang terbawa aliran ke saluran irigasi melalui pintu intake di bendung.
Sedimentasi pada saluran disebabkan karena kecepatan aliran tidak bisa mengangkut partikel sedimen yang ada dalam saluran. Kecepatan minimum yang diizinkan adalah kecepatan terendah yang tidak akan menyebabkan pengendapan partikel dengan diameter maksimum yang diizinkan (0.06 ~ 0.07 mm). Untuk mengupayakan agar tidak terjadi sedimentasi maka ruas-ruas saluran hendaknya mengikuti   kriteria  I√R   konstan  atau  makin  besar  ke arah  hilirnya. I adalah kemiringan dasar saluran, R adalah jari-jari hidraulik penampang saluran.
Sedimentasi (pengendapan) di dalam saluran dapat terjadi apabila kapasitas angkut sedimennya berkurang. Dengan menurunnya kapasitas debit di bagian hilir dari jaringan saluran, adalah penting untuk menjaga agar kapasitas angkutan sedimen per satuan debit (kapasitas angakutan sedimen relatif) tetap sama atau sedikit lebih besar.
Berdasarkan tingkat konsentrasi partikel di dalam air limbah dan kecenderungan partikel untuk saling berinteraksi, maka proses sedimentasi dapat digolongkan kedalam 4 tipe sedimentasi sebagai berikut :
Tipe 1 : pengendapan partikel mandiri ( discrete particle settling )
Tipe 2 : pengendapan partikel floc ( floculant settling )
Tipe 3 : pengendapan secara perintangan ( hindered settling )
Tipe 4 : pengendapan secara pemampatan ( compression settling )
Terjadinya erosi dan sedimentasi menurut Suripin (2002) tergantung dari beberapa faktor yaitu karakteristik hujan, kemiringan lereng, tanaman penutup dan kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air ke dalam lapisan tanah dangkal, dampak dari erosi tanah dapat menyebabkan sedimentasi di saluran sehingga dapat mengurangi daya tampung saluran. Sejumlah bahan erosi yang dapat mengalami secara penuh dari sumbernya hingga mencapai titik kontrol dinamakan hasil sedimen (sediment yield). Hasil sedimen tersebut dinyatakan dalam satuan berat (ton) atau satuan volume (m3) dan juga merupakan fungsi luas daerah pengaliran. Dapat juga dikatakan hasil sedimen adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan tempat tertentu (Asdak C., 2007).
Dari proses sedimentasi, hanya sebagian aliran sedimen di saluran yang diangkut keluar dari daerah irigasi, sedangkan yang lain mengendap di lokasi tertentu dari saluran (Gottschalk, 1948, dalam Ven T Chow, 1964 dalam Suhartanto, 2001).

B.     Laju Sedimentasi

Tingkat sedimentasi yang selalu meningkat setiap tahunnya dan kurangnya dana untuk pengelolaan saluran irigasi, telah menyebabkan saluran irigasi ke persawahan penduduk semakin terganggu, terutama karena tidak tercukupinya kebutuhan air bagi areal persawahan pada musim kemarau. Selain itu, juga muncul dampak lainnya yang meresahkan masyarakat yaitu sering terjadinya banjir di musim hujan yang disebabkan oleh tidak mampunya sungai menampung air dalam jumlah besar.
Untuk menghitung laju sedimentasi memang diperlukan dana dan usaha yang sangat besar. Metode penghitungan laju sedimentasi didasarkan pada sistem informasi geografis dan data pengukuran kedalaman waduk (sounding). Menurut SNI 03-6737-2002 tentang Metode Perhitungan Awal Laju Sedimentasi Waduk, data untuk menghitung laju sedimentasi dalam waduk harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a.       Volume aliran sungai yang masuk ke waduk dengan periode minimum 10 tahun data
b.      Volume sedimen sungai yang masuk ke waduk dengan periode minimum 10 tahun data
c.       Volume waduk yang diukur berdasarkan pemetaan topografi waduk pada saat perencanaan
Selanjutnya dengan mengembangkan suatu model matematis maka volume waduk aktual dapat dihitung.

C.     Pengukuran Sedimentasi

Bahan sedimen hasil erosi seringkali bergerak menempuh jarak yang pendek sebelum akhirnya diendapkan. Sedimen ini masih tetap berada di lahan atau diendapkan di tempat lain yang lebih datar atau sebagian masuk ke saluran. Persamaan umum untuk menghitung sedimentasi suatu daerah irigasi belum tersedia, untuk lebih memudahkan dikembangkan pendekatan berdasarkan luas area. Rasio sedimen terangkut dari keseluruhan material erosi tanah disebut Nisbah Pelepasan Sedimen (Sediment Delivery Ratio/SDR) yang merupakan fungsi dari luas area. Perhitungan Nisbah Pelepasan Sedimen (Sediment Delivery Ratio) atau cukup dikenal dengan SDR adalah perhitungan untuk memperkirakan besarnya hasil sedimen dari suatu daerah tangkapan air.
Perhitungan besarnya SDR dianggap penting dalam menentukan prakiraan yang realistis besarnya hasil sedimen total berdasarkan perhitungan erosi total yang berlangsung di daerah tangkapan air. Perhitungan ini tergantung dari faktorfaktor yang mempengaruhi , hubungan antara besarnya hasil sedimen dan besarnya erosi total yang berlangsung di daerah tangkapan air umumnya bervariasi. Variabilitas angka SDR dari suatu daerah irigasi akan ditentukan : Sumber sedimen, jumlah sedimen, sistem transpor, Tekstur partikel-partikel tanah yang tererosi, lokasi deposisi sedimen dan karateristik saluran (Asdak, 2007)
Besarnya SDR dalam perhitungan-perhitungan erosi atau hasil sedimen untuk suatu daerah irigasi umumnya ditentukan dengan menggunakan grafik hubungan luas saluran dan besarnya SDR seperti dikemukakan oleh Roehl (1962) dalam Asdak C. (2007).
Sedang cara lain untuk memnetukan besarnya SDR adalah dengan menggunakan persamaan :
SDR =   Hasil sedimen yang diperoleh
  Erosi Total pada suatu saluran
Sedang total sedimen yang diperbolehkan dalam suatu saluran adalah adalah hasil kali SDR dengan toleransi erosi untuk tanah, besarnya toleransi erosi untuk tanah menurut Thompson (1957) tergantung dari sifat tanah danletaknya.

D.    Pengaruh Sedimentasi Terhadap Operasi Jaringan

Penumpukan sedimen di saluran irigasi akan mempersingkat umur pelayanan jaringan irigasi karena pendangkalan dan penurunan kapasitas. Selanjutnya, penumpukan sedimen di petak sawah akan menaikkan permukaan sawah, sehingga mempersulit air untuk mencapai permukaan sawah dan mengairi sawah. Partikel sedimen yang halus bahkan bisa menyumbat pori-pori tanah dan menghambat penyerapan air oleh tanaman (Kuiper, 1989). Meskipun demikian tidak semua fraksi sedimen berpotensi merusak jaringan irigasi.
Bahaya terjadinya sedimentasi diperkecil dengan jalan mempertahankan atau menambah sedikit kapasitas angkutan sedimen, relatif ke arah hilir. I√R dari profil saluran adalah kapasitas angkutan sedimen relatif. Kriteria ini dimaksudkan agar tidak ada sedimen yang mengendap di saluran. Sesuai konsep saluran stabil akibatnya sedimen diendapkan di sawah petani yang mengakibatkan elevasi sawah makin lama makin tinggi. Dalam keadaan khusus dimana kemiringan lahan relatif datar dan/atau tidak seluruhnya sedimen diijinkan masuk ke sawah, maka sebagian sedimen boleh diendapkan pada tempat-tempat tertentu.
Dalam merencanakan saluran yang stabil diutamakan bahwa semua sedimen (bed load) yang masuk kedalam saluran harus seluruhnya sudah terangkat di kantong lumpur tanpa terjadinya penggerusan / erosi dan pengendapan / sedimentasi di saluran irigasi. Jika kapasitas angkutnya mengecil, akan terjadi pengendapan / sedimentasi dan jika kapasitas angkutnya membesar, saluran akan tergerus.
Untuk mencegah agar sedimen tidak mengendap di seluruh saluran irigasi, maka bagian awal dari saluran primer di dekat pintu pengambilan direncanakan saluran kantong lumpur yang berfungsi sebagai tempat pengendapan sedimen.

E.     Usaha-Usaha Mencegah dan Mengurangi Sedimentasi

Untuk mencegah dan mengurangi sedimentasi dapat dilakukan usaha – usaha sebagai berikut :
a.       Mengurangi tekanan penduduk di hulu terutama dengan mengembangkan aktifitas ekonomi di sektor non pertanian.
b.      Menanamkan kesadaran masyarakat tentang perlunya pencegahan erosi melalui :
        i.         sosialisasi penyadaran dan keterlibatan masyarakat dalam program konservasi lahan terutama sepanjang daerah hulu.
      ii.         Secara rutin mengadakan Jambore Bakti Lingkungan Alam Raya (JAMBALAYA) yang diikuti siswa - siswa SMU dengan harapan mereka memiliki kesadaran menjaga kelestarian lingkungan hidup dan menularkannya ke komunitas sekitarnya.
c.       Melaksanakan penghijauan
d.      Penggelontoran melalui drawdown culvert yaitu pembuangan lumpur.  Pengerukan lumpur ini dilakukan untuk memperpanjang umur saluran.
Besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran sehingga timbul genangan dan banjir di sekitarnya. Sedimentasi juga merupakan masalah besar pada saluran-saluran irigasi di Indonesia. Menurut Rahim (2000), erosi tanah longsor (landslide) dan erosi pinggir sungai (stream bank erosion) memberikan sumbangan sangat besar terhadap sedimentasi di sungai-sungai, bendungan dan akhirnya ke laut.
Sedimen terangkut bersama runoff pada saluran utama umumnya cukup tinggi akibat besarnya erosi dan runoff. Kondisi besarnya sedimen terlarut akibat erosi dan terbawa bersama runoff ini secara kualitatif dapat dilihat dari warna air  yang cukup keruh dan semakin keruh apabila terjadi hujan. Secara umum sedimentasi akan mengurangi kapasitas tampung dan fungsi sarana drainase yang ada. Pengurangan kapasitas tampung sarana drainase ini akan berdampak pada terjadinya banjir bila air yang melewati sarana drainase tersebut jauh melebihi kapasitas tampung dan pengalirannya.
Dasar saluran yang sudah dangkal/ tersedimentasi akibat pengendapan harus dikeruk, diperdalam sementara untuk batas tebing/tanggul saluran di kanan–kirinya harus pula diperlebar. Metode-metode ini meningkatkan kemampuan penampungan lebihan air dan menurunkan peluang meluapnya air ke sekitar sungai. Sementara untuk kawasan/ daerah permukiman/ pusat perkotaan, kolam-kolam retensi dan saluran buatan (drainase) sepatutnya dipelihara dan dijaga kebersihannya. Kerawanan sedimentasi dan sampah juga menjadi faktor utama penyebab banjir perkotaan. Hilangnya vegetasi seperti pepohonan dan kawasan hijau harus segera disikapi dengan kegiatan perlindungan vegetasi dan penghijauan. Hal ini bertujuan menjaga berlanjutnya siklus hidrologi.
Selain dikeruk ada juga Teknologi Sabo atau lebih populer dengan sebutan Teknologi Sabo adalah teknologi untuk mencegah terjadinya bencana sedimen dan mempertahankan daerah hulu terhadap kerusakan lahan. Tujuan dari pembangunan prototipe Sabo dam adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bangunan prototipe Sabo dam terhadap pengurangan sedimentasi waduk, karena fungsi dari Sabo dam adalah untuk menahan, menampung dan mengendalikan sedimen. Semula, teknologi ini dipergunakan untuk mengendalikan material lahar gunung api.

 III.             PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANGAN
A.      Tempat dan Waktu
             Praktik Lapangan ini akan dilakukan di Bendung Perjaya OPSDA II Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII  Bulan Oktober 2011.

B.       Metode Pelaksanakan
            Metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan praktik lapangan di Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII Martapura  ini adalah metode wawancara, studi pustaka dan observasi langsung ke lapangan.  Berdasarkan metode-metode tersebut akan dilakukan pengolahan data dan analisis data.
1.      Metode Wawancara (Interview)
Metode ini dilakukan melalui wawancara dengan pihak pegawai yang berhubungan dengan masalah sedimentasi dan pihak-pihak lain yang dianggap mengetahui banyak tentang data yang dibutuhkan yang didukung dengan adanya kuisioner..
2.      Metode Pengamatan (Observasi)
Metode ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung di lapangan dalam bentuk kunjungan langsung ke lokasi saluran sekunder dan menganalisis hasil pengamatan, yang didapat dari saluran sekunder tersebut maupun lingkungan sekitarnya serta ikut dalam proses kerja.
 3.      Metode Studi Pustaka
            Metode studi pustaka ini dilakukan untuk menambah dan menunjang data-data yang diperoleh dari metode wawancara (interview) dan metode pengamatan (observasi).
4.        Praktik Lapangan
Praktik lapangan dilakukan di Bendungan Perjaya dan dibimbing oleh staf atau karyawan yang menangani bidangnya masing-masing maupun masyarakat yang ada di daerah tersebut agar penulis dapat lebih memahami keadaan yang ada di daerah Bendungan Perjaya sehingga data-data yang diperlukan untuk laporan praktik lapangan ini dapat lebih akurat. 

 IV.  SISTEMATIKA PENULISAN

Rencana  penulisan laporan praktik lapangan yang berjudul “Tinjauan Laju Sedimentasi dan Sistem Pengendalian Sedimentasi Pada Kantong Lumpur Bendung Perjaya Opsda II  Balai  Besar  Wilayah Sungai Sumatera VIII” adalah sebagai berikut:
I.                   PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
B.     Tujuan Praktik Lapangan
II.                TINJAUAN PUSTAKA
A.    Proses Sedimentasi
B.     Laju Sedimentasi
C.     Pengukuran Sedimentasi
D.    Pengaruh Sedimentasi Terhadap Operasi Jaringan
E.     Usaha-Usaha Mencegah dan Mengurangi Sedimentasi
III.             PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANGAN
A.    Tempat dan Waktu
B.     Metode Praktik Lapangan
C.     Data-data yang diamati
IV.     KEADAAN UMUM
A.  Lokasi Daerah
B.  Keadaan Iklim dan Topografi
C.  Keadaan Operasi dan Pemeliharaan Saluran Sekunder
D. Kinerja Jaringan Irigasi

DAFTAR PUSTAKA


Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press.

Avidianto, D. 2011. Sedimentasi. (online).
sedimentasi/). Diakses pada 10 september 2011.

Chalpman. 1973. Natural Ecosystem. New York : McMillan Publishing Co Inc.
Kenley, L. J. 2011. Sedimentasi. (Online). (www.google.com/sedimentasi). (diakses
pada 9 september 2011).

Kuiper, E.. 1989. Water Resources Developmen. London: Butterworth.
Rahim. 2000. Pengendalian Erosi Tanah dalam Rangka Pelestarian Lingkungan
Hidup. Jakarta : Bumi Aksara.
Safitri, R. 2010. Rekayasa Sungai. (online).
pada 9 september 2011).

SNI. 2002. SNI 03-6737-2002 tentang Metode Perhitungan Awal Laju Sedimentasi
Waduk. (online). (www.google.com/sni-waduk). (diakses pada 9 september
2011).

Suhartanto, E. 2001. Optimalisasi pengelolaan DAS di Sub Daerah Aliran Sungai
Cidanau Kabupaten Serang Provinsi Banten menggunakan model Hidrologi
ANSWER. Makalah Falsafah Sains, Program Pascasarjana/S2 IPB, Bogor.

Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta : ANDI.
Sverdrup, H.U, M.W. Johnson dan R.H Fleming.1961. The Ocean Their Physics,
Chemistry, and General Biology. Prentice-Hall Inc. Englewood Cliffs, N.J.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar